Monday, October 16, 2006

Indahnya Sebuah Doa

Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan di kabulkan. Pada kepalanya ada malaikat yang menjadi wakilnya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata "amin" dan engkaupun akan mendapatkan apa yang dia dapatkan.
(HR. Muslim).

Wednesday, September 27, 2006

Bete in the morning

Nih pagi aku dah bangun telat. Cos semalem rasanya cuapek banget. Akhir-akhir ini kalo pulang jadi sering sampei jam 9 malem. Gak tahu rasanya adaaa...aja yang bikin aku tertahan di luaran gitu. So, nyampek rumah ya tinggal capeknya aja. Belum lagi kalo masih ngerjain tugas kuliah ato nyiapin materi buat anak-anak TK. wiihh...tambah malem deh istirahatnya.

Sementara di kampus, sesiangan itu biasanya aku sibuk cari sponsorship, hubungin sana sini, pokoknya travelling deh. Eh tadi tuh pas aku mo berangkat aku dah hubungin seseorang yang yahh...sekiranya bisa ngebantuin aku anter kuliah. Lah, kok waktu tuh prosesnya cuepet banget tiba-tiba dah jam 7 sementara aku belum selesei ngapa-ngapain. hiks. akhirnya ...dengan segenap kekuatanku aku berangkat ndiri aja wes. Eh lha kok angkotnya syusah banget. Berkali-kali penuh terus angkotnya . sebeeelll.........ya wes akhirnya kuputuskan telp temen kul-ku aja bilang gak masuk en kita garap tugasnya via telp deh. hmm..lumayan banyak neh doku yang kukeluarkan. yah sejumlah makan siangku pokoknya. sedih dehh....

Abis gitu telp mas yudhis ehh aku dicuekin. waduhhh....makin bwete deh.

Tapi lama-lama kupikir males ah marah-marah. meskipun aku belum puasa rasanya marah-marah akan menguras banyak energiku. So, aku minta maap dehh...
Maapin ya mas dah marah-marah pagi-pagi ....:)

Saturday, September 23, 2006

MENSTRUASI

This summary is not available. Please click here to view the post.

KETEMU RAMADHAN LAGII................

Alhamdulillah.... pasti itu kata yang pertama kali kita ucapin saat ini. Puji syukur banget buat Dia Yang Maha Segalanya karena kita dipertemukan lagi dengan moment Ramadhan. Bulan puasa kali ini ada sedihnya ada senengnya juga sih. Sedihnya, yahhh utty belum bisa ngelaksanain puasa ama mas yudhis. Hiks. Soalnya kan kita berdua belum nikah, jadi gak bisa menikmati indahnya menjalankan ibadah puasa bareng. Eits tapi senengnya, yaa...ketemu lagi ama Ramadhan. Bisa puasa, buka bareng, sahur bareng, tarawih, semua kebaikan dilipatgandain, dibukain pintu2 tobat buat makhluk-makhluk seperti utty yang gak tahu terima kasih ama Tuhannya ini J . Aiihhh....pada hakikatnya seneng banget en bersyukur banget bisa berjumpa dan ikut menjalankan ibadah puasa kali ini.

Oh iya apalagi kalo inget di bulan Ramadhan ada bulan mulia yang saking mulianya lebih istimewa daripada malam seribu bulan alias malam Lailatul Qadar. Waahhh....moga aja Ramadhan kali ini bisa dapet berkah malam Lailatul Qadar. Amienn...

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ?

Malam kemuliaan itu lebih baik dari malam seribu bulan

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar

( Q.S AL Qadr 1-5)

Semoga puasa Ramadhan kita kali ini diberi kemudahan olehNya agar tetap berjalan lancar dan semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita padaNya. Ayoooooo...........kita semangat berpuasa.

Monday, August 28, 2006

karna hujan sayapku basah

Date: Mon, 21 Nov 2005 06:00:07 +0000 (GMT)

From:"princess utty"

Subject: karna hujan sayapku basah

To:Send an Instant Message pak_rektor@yahoo.com



hujan mulai merajuk di lelahnya siang

aku mencoba berhimpit-himpit diantara dedaunan

semakin dingin hujan ini menderaku

kurasa hanya aku yang merasa dingin

aduh...

sebelah sayapku mulai basah

ada yang sengaja memercikkan air itu

ahh...

rupanya hujan tak mau menghiburku

sekujur sayapku dibuatnya basah

lunglai...

dan aku pun kedinginan

tepat ketika aku mulai belajar merentangkan sayapku

Monday, August 21, 2006

The Truly Live

aku buat tulisan ini pas pagi-pagi nungguin si Dian (temen di UKMP) dateng. Rencananya hari itu aku ma Dian mo janjian bahas rencana pameran buku. Trus pas lagi duduk2 gitu ehh...ada dua sejoli dateng. Ternyata mereka ke situ mo bertengkar. Waduh pagi-pagi aku mesti ngedengerin pertengkaran 'rumah tangga' orang. Ya udah aku dengerin aja en sekalian ambil hikmahnya :P

Cobalah untuk bisa mempercayai pasanganmu sendiri. Jangan terprovokasi omongan orang lain. Percaya pada pasangan artinya menghargai pasanganmu seutuhnya. Pasangan kita adalah bagian dari sebuah kehidupan dunia juga. Dia memiliki alur hidup sendiri. Manusiakanlah pasanganmu. Menjaga, menyayangi, mengagumi boleh saja tapi tetap harus diperhatikan kebutuhan-kebutuhannya sebagai seorang manusia.
Manusia apapun statusnya tetaplah ingin memiliki kebebasan. Bayangkan ketika apapun yang kita lakukan selalu dikontrol, diamati dan dicurigai orang lain, Apakah masih murni arti sebuah kata 'menyayangi' itu ? Apakah sudah tak berubah menjadi kata 'mengatur' dan 'mengubah menjadi yang diinginkan ? THINK TWICE..... bahwasanya pasangan kita juga membutuhkan kehidupannya. Dia menyayangimu karena dia memiliki hidupnya.

10 aDvIcE fOr My SeLf

1. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, maka mulai hari itu Anda akan menerima segudang nasehat yang tidak Anda minta. Belajarlah menerima nasehat itu dengan lapang dada. Ingatlah untuk mempertahankan keyakinan Anda dan alasan yang menyebabkan Anda dan kekasih Anda memutuskan untuk bersatu

2. Ketika janji itu telah diucapkan, coba carilah waktu untuk berduaan dengan pasangan sebentar saja. Saling ucapkan selamat, tertawa bersama dan rayakan keberhasilan Anda

3. Peraturan pertama untuk bertahan di tahap pengantin baru adalah pasangan suami istri harus terus berpacaran

4. Jangan harap pasangan tahu apa yang Anda pikirkan. Komunikasikan apa yang Anda inginkan dengan kata-kata dan dengan mendengarkan. Luangkan waktu satu sama lain.

5. Berpisah sebentar untuk menyediakan waktu buat diri sendiri setiap minggu atau setiap hari bisa menguntungkan perkawinan Anda. Plus Anda bisa saling bertukar cerita di malam harinya

6. Hubungan yang kuat tidak terjadi begitu saja tapi Anda harus menciptakannya

7. Ketika Anda bertengkar, bicaralah dari hati ke hati tanpa menyalahkan siapapun. Bicaralah bagaimana perasaan Anda ketika ada masalah. Jangan katakan "Kamu tak pernah" atau "Kamu selalu"

8. Bagian terbaik menyangkut hidup bersama seseorang adalah Anda dapat belajar banyak sekali tentang diri Anda sendiri

9. Hal yang paling dibutuhkan pria atau wanita dalam perkawinan adalah hubungan pertemanan

10. Membiarkan Dia tahu bahwa Dia sangat berharga untuk Anda

Wednesday, August 09, 2006

Asyiknya Ngajar di TK

Aku punya kesibukan baru yang menyenangkan kali ini. Di saat kebosanan melandaku akan akativitas sehari-hariku, kuliah, ukmp, maen, eh...sekarang aku punya kegiatan yang jauh lebih menyenangkan. Selain menyenangkan juga mengasah kreativitasku loo... Sudah hampir sebulan aku bekerja jadi guru di sebuah TK. Nama TK-nya TK Al Fath. Bayangkan serunya aku ketika pertama kali mesti bertemu mereka.
Dengan malu-malu mereka memandangiku. Terus dengan suara yang tertahan mereka memanggilku “Bu Putri...”. hehehe.

Awalnya sih aku cuma bantuin guru-guru di kelas nol kecil sambil ngisi liburan kuliahku. Yah, sempat sih ngajuin diri jadi guru ekskul mereka, tapi waktu itu aku belum dapat jawaban apa-apa. Eh, lama-lama murid-muridnya jadi tambah deket ma aku. Betapa mengharukan ketika mereka benar-benar ngerasa ‘tergantung’ pada kita. Minta dibantu pake sepatu, minta dibukakan kuenya, tanya-tanya ke aku, dan bagaimana mata mereka memandang berbinar ke arahku ketika aku berada di depan kelas. Belum lagi anak-anak yang usianya masih dibawah 4 tahun, dimana mereka bener-bener belum berminat sekolah. Jadi tiap hari ya bujuk-bujuk mereka agar mau ikut di dalam kelas, atau tindakan yang lebih persuasif yaitu menggendong mereka atau memangku mereka. Yah, mending klo cuma satu orang saja. Lha wong di setiap kelas minimal ada 2 orang yang masih manja banget gitu. Capek sih tapi seneng.

Eits.... belum lagi ada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Sebenernya sih kalo ortunya emang pengertian, mereka gak dimasukkan disekolah anak normal gini. Masalahnya jelas banget anak dengan kebutuhan khusus perlu penanganan yang khusus pula. Mereka benar-benar membutuhkan perhatian khusus. Mereka akan kesulitan untuk mengikuti pelajaran dengan sistem klasikal. Tak ada aktivitas yang bisa mereka ikuti selama berlangsungnya pelajaran setiap hari. Bahkan untuk menyanyi dan membaca doa bersama pun mereka cuma ngeliatin temen-temennya yang lain. Seolah gak ada semangat buat sekolah. Nah itu masih mending dianya mau duduk dan gak lari kesana kemari. Ada juga yang maunya kabur terus dari kelas atau paling nggak lari-larian ke bangku temannya yang lain. Pokoknya yang kerjaannya bikin gaduh en gak mau ngikutin pelajaran juga. Duhh...kadang kasihan juga ma temen-temennya yang lain, abisnya anak ini juga sering ngusilin temen-temen di sebelahnya.

Kalo ngomongin murid-muridku tuh gak kan muat deh aku ceritainnya soale panjaaaaannnnggggg.......... J . Sampai akhirnya aku diterima jadi guru ekskul bahasa inggris di sana. Nah kali ini baru aku ngajar beneran gak cuma bantuin guru-gurunya. Seru banget kegiatanku tiap hari: nyiapin materi buat besok (biasanya pake bikin alat peraga segala), trus berada di depan kelas tiap pagi buat nyampein materi. Pake suara yang lantang, pake jalan ke sana kemari, kasih contoh gerakan2, nyanyi bareng... wah pokoke menyenangkan buanget. Gak salah rasanya aku jatuh cinta sama mereka.

Bayangkan respon mereka terhadap apa yang aku sampaikan itu lo terlihat antusias banget. Meskipun ada saja yang bikin ulah, tapi ulah mereka juga menyegarkan pikiran kita tiap hari. Gak peduli mereka bikin ulah nangis, marah, mukul temennya, teriak2, tertawa keras-keras, kejar-kejaran dan masih banyak lagi aktivitas yang laen. Make me fresh.

Monday, July 31, 2006

Bukan……bukan soal aku terlalu banyak permintaan

Duh….Allahku rasanya aku hampir putus asa sendiri menjalani proses menjelang pernikahanku ini. Kedua orang tuaku tak mau mengerti tentang apa yang kualami dibanding dengan hitung-hitungan hari yang sedang mereka lakukan untukku. Tak ada satu pun yang menanyakan apa alasanku untuk menikah sesuai prosedur yang benar ini. Bahkan tak ada yang menghargai keberanianku untuk mengambil keputusan ini. Tetap semuanya seolah bisa ditoleransi. Semuanya bisa dikompromi. Semuanya bisa ditunda. Mentang-mentang aku mengambil keputusan menikah bukan karena hamil ataupun seks di luar nikah. Aku memohon untuk dinikahkan sama mereka lantaran ingin menjaga diriku. Lantaran ingin memuliakan mereka. Ah, tapi tak ada yang peduli soal itu.

Apa mesti nunggu aku hamil dulu biar semuanya disegerakan ? apa nunggu aku ketangkap melakukan hubungan seks dulu biar segera dipercepat ?.


Aku muak dengan segala hitung-hitungan hari, aku muak dengan tetek bengek prosesi pernikahan, aku muak dengan segala macam pantangan, aku muak dengan ketidakpedulian mereka atas keputusanku. Aku muak dikompromi, aku muak untuk selalu ditunda-tunda. Aku muak dibilang terlalu terburu-buru. Aku benar-benar muak dibilang terlalu banyak permintaan.


Sungguh Rabb bahkan permintaanku lebih sederhana daripada permintaan mereka untukku. Aku hanya ingin menikah, ijab kabul, resmi. Yah itu saja. Kapan pun harinya insya allah itu adalah waktu yang terbaik. Aku yakin Engkau tak pernah menciptakan waktu yang buruk. Semua waktu akan selalu baik tinggal apa niat kita, dan apa perbuatan kita.


Aku mulai bosan ketika waktu pernikahanku semakin diundur-undur. Bayangkan, dari yang awalnya agustus jadi september jadi november sekarang jadi januari. Lalu bulan apa lagi sebentar lagi ???. Bukankah dalam agamaku sudah diajarkan bahwa jarak antara waktu lamaran dengan pernikahan tidak boleh terlalu lama. Yah, aku setuju banget soal itu. Aku bener-bener ngerasain betapa lebih beratnya yang aku rasakan. Sekarang ini aku bukan dalam status pacaran, aku sudah dilamar orang tapi juga belum bisa terlalu dekat dengannya, karena belum ada ijab kabul.


Aku rasa pacaran dimana ada aktivitas ciuman, pegangan tangan, pelukan, asal gak sampai hamil menjadi hal yang dianggap lebih baik oleh orang tua-orang tua saat ini dibanding nikah di usia muda. Aku ngerasa nikah di usia muda sesuai prosedur yang benar selalu dianggap sesuatu yang masih bisa ditunda. Seolah belum ada sesuatu yang menakutkan untuk disegerakan. Seolah semuanya masih bisa ditahan. Yah….karena aku nggak hamil. Jadi itu masih dianggap aku bisa menahan.


Who knows ketika seharian aku gak pernah berhenti mikirin dia ? who knows ketika terbersit untuk selalu lebih dekat dengannya ? who knows ketika aku ingin memegang tangannya ?. Dan itu bukanlah hal yang terlalu berat buat mereka. Itu hal yang biasa. Itu gak apa-apa dilakukan asal gak hamil. Padahal nurut aku hamil itu cuma bagian kebodohan manusia sehingga kesalahan itu sampai berwujud. Bukankah sama saja dengan kita melakukan kesalahan-kesalahan lain yang tidak berwujud ? hanya soal penampakannya saja kan yang berbeda ?


Rabb….beri hambaMu kekuatan agar bisa terus memperjuangkan niat mulia ini. Aku melakukan ini tak hanya untuk diriku semata. Aku juga melakukan ini untuk mama dan papaku. Agar kesalahan yang aku lakukan tak menjadi bagian kesalahan mereka juga. Rabbi, berikanlah pengertian ini pada mereka, bahwa inilah caraku memuliakan mereka. Inilah bentuk sayangku pada mereka. Jangan malah menganggap ini bagian ketaksanggupanku membahagiakan mereka. Aku tahu sampai kapanpun tak ada yang bisa menggantikan apa yang telah mereka berikan buat aku. Soal kebahagiaan itu aku pasrahkan padaMu Rabb. Kau yang lebih tahu soal mengatur kebahagiaan seseorang. Aku hanya melakukan yang terbaik buat mama dan papaku. Aku sayang sama mereka ……sayangg….banget….. Inilah bentuk pengabdianku buat mereka.


Dan aku tak kan sanggup menunggu lebih lama lagi

Aku takut mulai kepayahan untuk berjuang

Aku takut mulai bosan tertatih tatih

Aku takut mulai enggan menantikan saat itu lagi

Aku takut mulai tak menganggap pernikahan sebagai caraku mengabdi

Aku takut mulai memilih seks bebas daripada menanti hari pernikahanku

Aku takut mulai muak dengan kata-kata ‘nikah’

Aku takut mulai menikmati kesalahanku

Aku takut mulai malas membahas indahnya pernikahan dini


BOHONG BESAR SEMUA BUKU TENTANG PERNIKAHAN DINI YANG MUDAH!!!!!!

ITU SEMUA HANYA ADA DI DUNIA IMAJINASI, DUNIA IDEALIS !!!!

INILAH DUNIA NYATA …….DUNIA BANYAK ORANG…………

DAN PERNIKAHAN DINI TAK SEMUDAH YANG DIKIRA ORANG

PERNIKAHAN DINI SAMA DENGAN PERGI KE MEDAN PERANG

BUTUH PELURU DAN STAMINA YANG KUAT UNTUK TERUS BERTAHAN DARI SERANGAN BERBAGAI PIHAK

HANYA YANG KUAT BERTAHANLAH YANG MENJADI PEMENANG



Thursday, July 27, 2006

pas lagi banyak masalah yang menghadang kita

Lumpur, pasir, dan sampahlah yang dihanyutkan arus. Batu-batu bertahan menantang dan membelahnya. Sementara. kita ingin jadi ikan yang bergetak lincah di dalamnya
(Y.Aditya 2876:8)

SURAT TERBUKA BUAT MAMA DAN PAPA TERCINTA

31 Oktober 2005
Buat : kedua orang tuaku


Ma...Pa... uti pingin banget nikah. Sekarang ini yang ada di otak uti cuma lagi gak pingin berbuat dosa lagi. Mama sama papa tahu gak kalo seorang wanita berduaan ama lain muhrim tuh ada dosa tersendiri ? uti gak pingin terus-terusan dosa Ma...Pa. Yahh...meski sampai saat ini uti masih bisa jaga diri, tapi yang namanya setan itu kan pinter jadi kalo gak nggoda lewat indera ya lewat hati.
Ma...Pa...uti ngerti, papa sama mama juga ngawatirin uti. Takut uti ntar gak bahagia, takut uti ntar terlantar. Tapi Ma...Pa... bukankah Allah sendiri dah janjiin sama kita kalo dengan pernikahan Allah akan membuat kita jadi kaya ??. Mungkin bagi Mama sama papa yang dah pernah ngerasain pahit manisnya rumah tangga, itu semua hanya isapan jempol belaka. Tapi uti bener-bener yakin semuanya akan baik-baik saja kalo kita percaya ama Allah. Bukankah uti juga milikNya. Dan bukan milik mama dan papa sepenuhnya ?? Insya Allah Mama sama papa cuma dititipin uti. Ma...Pa... tanggung jawab mama sama papa buat uti kayaknya dah cukup banyak. Uti makasih banget atas semua hal yang dah kalian berikan buat uti.
Sebenernya yang uti mau dari sebuah pernikahan itu bukan suatu perpisahan, seperti yang sering kalian gaungkan. Uti pingin nikah, tapi juga tetep bisa deket sama papa sama mama. Bagi uti, pernikahan itu bisa menghalalkan hubunganku dengan seorang lawan jenis yang lain. Jadi gak akan menimbulkan fitnah jika aku mesti boncengan ato pulang larut malem ama seorang cowok. Lagian Ma...Pa...tahukah kalian bahwa di luar sana itu sekarang tak lagi aman seperti dunia kalian dulu. Betapa kami kadang susah jaga hati dan jaga diri. Uti cuma takut terjebak situasi.
Ma...Pa...uti cuma mau ngingetin bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anak perempuannya ketika ia sudah baligh adalah menikahkannya. Yah...mungkin kalian gak pernah ngerti apa aja yang udah aku alamin. Tapi yang jelas nikah bener-bener sebuah solusi mulia demi kehormatan kalian bukan sebaliknya. Selama ini pengertian kalian adalah menikah dengan resepsi yang indah, gedung yang megah, rumah yang mewah, mobil, gaji yang besar dsb. Ma....Pa...lagi-lagi bukan itu dulu yang uti harapkan.
Kalian tahu keinginanku ??????
Sekarang ini aku cuma pingin sebuah hubungan resmi yang namanya pernikahan. lebih tepatnya akad nikah. Tak perlu bermewah-mewah dulu kupikir. Cuma untuk menghalalkan hubunganku dengan lawan jenis dulu. Jadi nikah yang dihadiri oleh beberapa kerabat keluarga, temanku dan beberapa tetangga di KUA atau selamatan di rumah dengan suasana sederhana. Dan ketika aku sudah resmi seperti itu, baru sambil direncanakan sebuah pesta mewah.
Uti nikah gak pingin punya anak dulu kok. Jadi tenang aja !!! Uti pingin 'pacaran' dulu ama suami uti.
Kalo soal rumah, insya Allah gak ada masalah. Calon suamiku sudah punya rumah, meski itu sebuah rumah kontrakan. Kalo soal uang buat keperluanku, insya allah aku juga gak bakal kekurangan banget. Rejeki buat kami tentu akan semakin mengalir ketika niat kami tulus demi menyempurnakan separuh agama.
Ma....Pa.......nikah bukan hanya urusan duniawi. Terlebih ini urusan akhirat. Maukah kalian melihatku difitnah orang hanya karena sering jalan dengan laki-laki ?
Jangan bilang solusinya untuk tak jalan dengan laki-laki !!!!!!!!
Ma.... Pa... uti rasa uti sudah cukup gede untuk menjalani sebuah pernikahan. Insya Allah uti akan berusaha sekuat tenaga untuk membangun sebuah rumah tangga mulai dari nol.
Ma......Pa........ijinkan uti menyempurnkan separuh agama uti dan menghindari fitnah dari orang-orang.
Ma........Pa.........kalian berdua adalah orang tua terbaik yang ada di dunia ini. kuharap kalian mau mengerti. Jasa kalian tak sedikit pun aku mampu membalasnya. Hanya Allah lah yang mampu membalas semua jasa-jasamu. Jazakillah Khairan Katsira.
Semoga Allah berkenan memberikan ampunan, hidayah dan rahmatNya kepada kalian berdua. Serta diberi kesanggupan mengiringi perjalanan hidup kami --anak-anakmu -- hingga akhir masa.
Amien.

Sunday, July 23, 2006

Konsekuensi Menikah


Nihh....ceritanya aku nulis ini waktu maen ke tempetnya masku. Hmm...sempet gak enak gitu ma iparnya karena dia ceritain sesuatu tentang suaminya ke aku. Yah, waktu itu sih aku masih jadi pendengar pasif aja. Gak bisa kasih nasehat apa-apa buat dia. Biz-nya aku dengerin dia cerita baru deh aku nulis2 di block note ku. Neee....hasil pengendapan pikiranku :p

Refleksi 30 Mei 2006 18:24 WIB

Ternyata sampai berapapun usia kita dan bagaimanapun status kita, perasaan dihargai itu selalu ingin kita dapatkan. dalam sebuah keluarga pun hal ini sangatlah penting. Bahwa pasangan kita adapah a part of our live that need our support, our love and our reward.

Pernikahan sering aku menyebutnya kerja sosial. Why ? Because in marriage is not 'Me' or 'I' again but 'Us'. Masalah yang melanda dalam rumah tangga entah besar atau kecil teteaplah masalah bersama. Semuanya harus diselesaikan bersama. Seberapa pahit pun kita menjalaninya, We Must Do It.

Pernikahan juga merupakan kompromi. Bagimana kita belajar untuk memaafkan, bertoleransi bahkan ketika kita harus mengalah dan memberi keleluasaan pada pasangan kita terlebih dahulu. Memang akan terasa sulit awalnya ketika harus memaafkan atau ebrtoleranis dengan pasangan yang kita anggap tidak bisa menghargai kita. Tapi, perlu diingat bahwa suatu perilaku terbentuk dari berbagai macam variabel-variabel yang lain. Coba kita cari, variabel yang mana itu ?

Belajar untuk menerima pasangan kita adalah salah satunya. 'Menerima' di sini tak hanya diartikan secara fisik semata. Tapi lebih dari itu. Cobalah untuk menerimanya dengan hati. Cobalah untuk tidak membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan keburukannya. Apapun yang pernah ia lakukan pada kita, terutama keburukannya sebisanyalah kita menutupinya.

Mengutip salah satu ahdis Nabi, yang intinya : Istri/ Suamimu adalah sebagai bajumu. Sebagaimana baju bisa berfungsi sebagai penutup aurat. Penutup hal-hal yang tidak perlu diumbar. Termasuk keburukan.

Mencoba membangun rumah tangga yang diridloiNya dengan memulai pada hal-hal kecil. belajar menerima dan menghargai serta menjadi penutup aurat yang indah bagi pasngan kita.

Tuesday, July 18, 2006

HIDUP DENGAN BERSYUKUR

Ada banyak hal yang perlu kita syukuri dalam hidup. Keluarga kita, teman-teman kita, saudara kita, sahabat kita, pasangan kita. They’re always love us. Bersyukur atas cinta mereka untuk kita. Tak ada yang bisa menandingi mereka. Mereka adalah orang-orang yang terbaik yang akan selalu membuat kita rindu. Ini akan lebih terasa ketika kita berada di lingkungan asing. Kerinduan pada mereka yang telah menerima kita apa adanya dan memberikan cintanyalah yang akan selalu terpatri dalam dada. Bersyukur atas orang-orang yang mencintai kita dan selalu menerima kita apa adanya

Wednesday, May 31, 2006

Duhh.... lagi deg-degan nih...


Menanti waktu perlahan-lahan. Detik demi detik terlewati begitu saja. Bukan detik yang sia-sia sebenarnya hanya detik yang entah kapan datangnya yang kutunggu saja yang membuatku berpikir mendalam. Ah, tak perlu lah aku banyak membahas di sini. Jika waktu itu tiba akan kukabarkan pada dunia. Akan kusiarkan tentang penantian yang masih tertunda ini .......
Just wait, pray and see.......

Monday, April 17, 2006

maukah kau hapus bekas bibirnya dibibirku dng bibirmu (Hamsad Rangkuti)

pas nemuin kata-kata 'nyeremin' di blogfam itu, dadaku langsung deg-degan. Duh kata-katanya itu lo daleeemmm bo'. Gimana yah ? kayak ada unsur rayuannya, sanjungannya dan kenakalannya. hehe...
Aku dah lama yah gak nongol di sini. Habisnya...aku lagi sibuk ngurusin tentang masa depanku neh. Alhamdulillah semuanya lebih cepat dari yang aku perkirakan. Tak ada unsur pemaksaan, tak ada unsur kebohongan dan apalagi unsur ketidak relaan. Semuanya berjalan dengan sangat bijaksana dan sangat halus. Bahkan hal ini di luar perkiraanku sebelumnya. Dimana aku pikir akan terjadi pertarungan argumen atau bahkan curahan tangis.
Ah..tapi Puji Syukur semuanya berjalan dengan indah. Sanngggaatttt indah. Tak ada keraguan setitik pun atasNya. Entah bagaimana caraNya bisa membagi cinta pada makhluk-makhluk yang sering mengingkariNya ini.
Soal waktu, ini juga lebih cepat dari yang aku perkirakan.....bagaimana tidak Maha Indah Ia yang mengatur semua ini............????? Great !!!!
Sekarang ini semuanya sedang berjalan mengikuti arus yang ada. Dan akan selalu ada kejutan-kejutan baru yang menunggu. Insya Allah jika tidak ada aral yang merintang esok akan kujalani dunia baruku. Semoga limpahan karunia dan rahmatNya serta tuntunan menuju jalanNya itu senantiasa tercurah pada kami sekeluarga dan orang-orang yang bersangkut paut dengan ini semua.

Sunday, February 26, 2006

Cerpen anak

Tangis Jelek Ibu di Pasar
Pagi ini aku bangun dengan tergesa-gesa. Setelah jam wekerku berbunyi lima kali, aku segera beranjak ke kamar mandi. Cuci muka lalu gosok gigi. Dengan bersemangat, aku bernyanyi lagu kesukaanku tiap pagi. “ Bangun pagi ku terus mandi. Tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi ku….”. Tiba-tiba laguku terpotong karena kudengar ketukan halus di pintu kamar mandi. “ Adik, Ibu mau ke pasar. Adik mau ikut Ibu, tidak ?”, sapa Ibuku halus di balik pintu. Oh, rupanya Ibu yang mengetuk pintu. “ Iya Bu, Adik ikut. Tunggu ya, Bu “, jawabku sambil cepat-cepat mengeringkan wajahku dengan handuk.
Setelah gosok gigi, aku pun sgera menghampiri ibu yang sudah menungguku di luar. Kulihat ibu sudah berdiri di depan pagar sambil menenteng tas belanjaan merahnya. Hup, hup, kumeloncat-loncat di antara batu-batu yang berjajar rapi di rumahku dan hup…langsung kugandeng tangan Ibu. Ibu melihatku dengan senyumnya yang cantik. Dan kita pun akhirnya bersama-sama berangkat ke pasar.
Aku menyukai hari Minggu pagi. Karena Ibu biasanya akan mengajakku ke pasar. Di pasar itu aku bisa melihat orang melakukan bermacam-macam kegiatan. Ada yang berteriak-teriak, “ Mari Bu sini. Sayurnya masih seger-seger, lho. Mau beli berapa ikat, Bu ?”, atau “ Yang manis…yang manis…Neng. Mangganya manis, Neng. Mari beli”. Hi hi hi rasanya geli melihat di sepanjang jalan orang-orang itu akan menawari kita barang dagangannya. Biasanya ibuku akan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dan aneh, pedagang-pedagang itu sepertinya tahu kalau Ibu tidak ingin membeli barang dagangannya, padahal ibu tak bicara apa-apa.
Kalau ke pasar ibu suka mengunjungi tempat orang jual buah-buahan. Di sana ada penjual wanita yang bertubuh gemuk. Tapi meskipun ia gemuk, ia terlihat gesit ketika melayani pembelinya. Biasanya ia bicara dengan bahasa yang aneh. Suaranya keras sekali sampai terkadang aku agak menjauh agar telingaku tak sakit. Ia begitu bersemangat menjajakan dagangannya. Ibuku senang membeli buah-buahan di sana, karena katanya wanita itu sering memberinya potongan harga. Jadi, ibu bisa membayar lebih murah. Terkadang ia juga mengajakku berbicara, “ Nona cantik, suka makan buah-buahan, tidak ? “, tanyanya padaku. “ Mmm…suka”, jawabku malu-malu. “ Ya memang mesti begitu. Biar nggak mudah sakit, harus banyak makan buah-buahan, ya. Nih Ibu kasih Apel. Apelnya manis kok, dihabiskan ya ?”, tegasnya sambil mengulurkan sebuah apel berwarna merah padaku. “ Bilang apa, Dik ?”, sela ibuku. “ Terima kasih, Bu “, jawabku tersipu di balik lengan ibu.
Setelah itu, Ibu akan melanjutkan ke tempat orang jual ikan segar. Aku tidak terlalu suka tempat itu. Di sana baunya tidak enak. Mungkin karena ikan-ikan itu kan sudah mati semua, jadinya mulai mengeluarkan bau amis. Ah, tapi kata Ibuku tempat jualan ikan memang mesti amis begitu. Selain bau amis, tempat itu juga banyak lalatnya. Di sana sini lalat itu mengerubungi ikan yang matanya sudah melotot semua. Tapi ada juga lho, ikan yang masih hidup. Ibuku lebih suka membeli ikan yang masih hidup itu. Katanya kalau masih hidup, ikannya masih segar jadi nggak takut salah pilih ikan. Soalnya, biasanya ikan yang dijual mati itu sudah beberapa hari dijual terus belum laku. Kalau dibiarin aja kena lalat kan semakin banyak kuman yang menempel. Ihhh…..
Eh iya, di pasar aku lebih suka ke tempat ibu tua penjual kue. Di sana ada donat, roti gulung, lemper, lumpia, dan yang paling aku sukai yaitu kembang gula. Hmm..rasanya yang manis dan seperti terasa ada yang meluncur di lidahku. Lembut sekali di mulut.
Pernah suatu kali aku tiba-tiba menghilang dari gandengan ibu. Soalnya, waktu itu Ibu sedang sibuk memilih-milih sayuran dan bumbu-bumbu. Aku malas menunggu Ibu. Selain karena udaranya yang panas, juga orang-orang mulai berdesakkan di sekitarku. Tubuhku disenggol-senggol oleh mereka. Apalagi waktu itu ada ibu-ibu berbadan besar sekali yang berdiri tepat di samping ibuku. Mungkin karena ia tak melihatku, jadi ia semakin seenaknya saja menghimpitku diantara pantatnya dan pantat ibuku. Uuuhh…sesak sekali rasanya.
Akhirnya aku melepaskan tanganku dari gandengan Ibu dan keluar dari kerumunan itu. Perutku tiba-tiba terasa lapar sekali. Aku ingin makan sesuatu, tapi bagaimana yah ?. Ibuku masih dalam antrean itu. Wah, dari pada nunggu Ibu lebih baik aku beli kue sendiri saja deh. Kebetulan aku punya uang lima ratus rupiah di kantongku. Aha ! aku melihat ada seorang anak keluar dari kerumunan orang sambil membawa kue donat. Langsung kulangkahkan kakiku ke sana cepat-cepat agar ibuku tak berpindah tempat sebelum aku kembali.
Setelah beberapa penjual aku lewati, akhirnya sampailah aku di tempat penjual kue itu. Wah…rasanya air liurku mau menetes. Di sana banyak sekali kue dengan warna yang bermacam-macam. Tapi mataku langsung tertumbuk pada kue berwarna merah muda yang dibungkus plastik. Itu adalah kue kembang gula. Ibuku dulu pernah membelikanku saat jalan-jalan di alun-alun bersama ayah. Pertama kali ibuku memberikannya padaku aku langsung melonjak-lonjak kegirangan. Warnanya bagus sekali dan mmm….rasanya sangat manis. Sejak itu, aku tak pernah lupa untuk minta dibelikan kembang gula saat berjalan-jalan di alun-alun.
Kemudian kusodorkan uangku ke penjual kue itu, “ Bu saya beli kembang gula itua”, tunjukku. Ia mengambilkannya dan menyodorkan padaku. Uang lima ratus rupiah di kantongkus segera kuulurkan padanya. Namun, ia menatapku tanpa mengambil uang itu . “ Nak, harganya seribu. Uangmu cuma lima ratus rupiah, jadi masih kurang”, terangnya. Yah….padahal aku sudah membuka bungkusnya dan mengambilnya sesuap. Aku pun akhirnya berkata, “ Sebentar ya Bu, aku akan meminta uang pada ibuku dulu. Kuenya saya tinggal di sini dulu”. Ia berhenti sejenak menatapku dan…. , “ Baiklah, tapi segera kembali, ya “. Aku pun mengangguk dan bergegas pergi.
Di tempat ibuku berkerumun tadi aku berusaha mencari-cari Ibu. Lho, tapi Ibu kok tidak ada ?!. Aku berusaha mencari di dalam kerumunan itu, tapi ternyata tetap tidak kutemukan. Air mataku mulai menetes. Dengan lirih kupanggil, “ Ibu…Ibu…”. Sampai akhirnya tempat itu sepi dan tak kulihat Ibu sama sekali. Sambil melangkah dengan takut-takut, aku menghampiri penjual kue itu lagi. Aku pun memberanikan diri untuk bicara padanya. “ Bu, maaf ternyata Ibuku sudah tidak ada. Saya tidak punya uang lagi”, terangku. Dan…hhuuaa….aku menangis kencang-kencang di hadapannya. Ibu tua itu kemudian memelukku dan berusaha menenangkan aku.
Tak lama kemudian dari gang di sampingku kudengar ada yang berteriak , “Araaa….”. Ups, ada yang memanggil namaku. Aku menolehkan kepala kea rah itu. Dan kulihat Ibuku sudah berlari ke arahku sambil menenteng tas belanjaannya yang terlihat berat itu. Wajahnya pucat penuh keringat. Mungkin ia lelah berkeliling mencariku. Aku pun serta merta berlari ke arahnya dan memeluk perutnya erat-erat. “ Ibuuu……..”, sakku di pelukannya. Orang-orang di sekitarku pun tak luput melihat kami. Baru kali ini kulihat Ibu menangis. Rupanya wajah Ibu kalau menangis jelek sekali, karena mukanya memerah dan keluar ingus dari hidungnya.
Setelah tangisku reda, Ibuku mengajakku pulang dan tak lupa membayar kekuranganku yang tadi. Sambil berlalu pergi, Ibu tua itu tak lupa melambaikan tangannya padaku. Ah, aku berjanji esok hari aku akan ke sini lagi. Ternyata kembang gula ibu tua itu sangat enak. Tapi, aku akan mengajak ibuku. Sambil digandeng Ibu, kupikir ia akan memarahiku tapi ternyata ia malah menasehatiku agar suatu saat nanti minta ijin terlebih dulu jika ingin pergi ke suatu tempat. Senangnya hatiku punya Ibu yang begitu baik.
Sejak saat itu, aku selalu minta ijin pada Ibu kemana pun aku akan pergi. Karena aku tidak mau melihat Ibuku menangis lagi. Ibuku lebih cantik kalau tersenyum. Kata Ayah, senyum Ibu itulah yang membuatku hadir di dunia ini. Sebenarnya maksud Ayah apa, ya ? Ah, mungkin itu semacam pembicaraanya orang-orang yang sudah se’gede’ mereka.
Jadilah setelah Ibuku mengajakku berkeliling pasar, kami pun pulang. Satu hal yang aku sukai juga, yaitu kita selalu pulang naik becak. Aku menyukainya karena aku bisa melihat kendaraan di sekitarku dan rasanya sejuk sekali karena bisa merasakan angin yang berhembus. Tak jarang akhirnya aku tertidur di pangkuan Ibu karena saking enaknya. Perjalananku ke pasar sungguh sangat menyenangkan. Esok hari aku pasti akan menantikan perjalanan ke pasar lagi.

Tuesday, February 14, 2006

Just Write It !

Ketika begitu banyak pikiran yang sedang berkecamuk di kepala kita, rasanya pingin memuntahkan semuanya saja biar tak terlalu memperberat memori yang ada. Saat ini aku lagi pengen menyelesaikan sebuah tulisan. Satu dulu aja, gpp. Aku pikir aku masih perlu menguji kekonsistenanku sendiri. U know lah, aku tuh seringnya pingin ngelakuin sesuatu yang semangat pas di awalnya doang. Nah...buat mempertahankan mood nulis itu yang masih syusah.

Tapi aku pernah baca komentarnya J.K Rowling (penulis buku Harry Potter) yang bilang kalo awal menulis bisa dimulai dari menuliskan pengalaman sendiri. Yah...aku pikir dengan menggunakan subjek aku memang akan lebih mengena. Tapi sebenernya gak hanya sebatas itu saja. Penggunaan subjek aku tanpa ada pengalaman konkret yang dialami penulis sendiri mungkin masih akan susah.Utamanya bagi penulis pemula (like me).

Sebenernya yang dikatakan pengalaman konkret, ya gak mesti setiap kita nulis kita mesti ngelaminnya dulu sih. Minimal untuk menguatkan tulisan kita, kan mesti ada bukti-bukti akuratnya. Yah, bisa jadi kita mengambil data melalui media. Meski harus tetap diakui bahwa menuliskan sesuatu dengan disertai pengalaman konkret akan lebih menguatkan tulisan.

Menurut Meier, salah satu tekhnik menulis adalah dengan menggunakan tekhnik SAVI. Somatik, Audio, Visual, dan Intelektual. Somatik tuh lebih menitik beratkan pada pergerakan. Dimana ketika kita membaca atau menulis, tak perlu membuat diri menjadi semakin jenuh sendiri dengan menenggelamkan diri dalam-dalam tanpa batas. Sesekali kita perlu memberikan jeda untuk melakukan kegiatan lain. Ya gak perlu kegiatan besar, cukup gerakan kecil saja. Misalnya , memutar-mutar leher or push up mungkin.
Trus kalo Audio lebih menekankan pada aspek pendengaran. Misalnya aja, ketika kita membaca dan ada kata-kata yang mungkin kita anggap sulit, maka sarannya adalah cobalah untuk membacanya keras-keras. Karna ketika kita membacanya keras-keras, maka otak otomatis akan ikut bekerja untuk mencernanya. Dan akan lebih bisa kita resapi karna yang kita bukan menghafal, tapi memahami.
Visual juga salah satu aspek pentingnya. Dimana mata sebagai indera yang cukup memberikan info penting buat kita disamping indera-indera yang lain. Di sini ditekankan bahwa membaca buku yang dilengkapi dengan gambar akan lebih memudahkan kita untuk memahaminya. Atau kalaupun tidak ada gambar, kita bisa menggunakan imajinai kita untuk membayangkannya.
Sedangkan intelektual, sudah pasti ini akan selalu kita gunakan. Sebenernya proporsinya tidak terlalu besar, karena intelektual bisa dipelajari. Yah...kalo pun ada intelektual bawaan semisal IQ tapi bukankah kemampuan manusia tak hanya itu saja. Banyak kekayaan intelektual yang lain.

Memang untuk membiasakan menulis itu sendiri sangat sulit. Ini termasuk aku alamin sendiri sih. Betapa menyisihkan waktu 15 menit sehari saja, masih harus membuat kompromi-kompromi lagi. yang banyak tugas lah, yang gak sempet lah, yang capek lah. Padahal sebenernya kebiasaan itu kitalah yang bisa membentuknya. Bukan kita dibentuk oleh kebiasaan. So.... mungkin dengan memulia bikin tulisan kecil di diary tiap hari juga salah satu solusi membiasakan kebiasaan menulis itu. Kata Bapak Hernowo penulis buku Mengikat Makna, tuliskan apapun yang kamu lihat, tak perlu khawatir itu hal yang simpel atau tidak berguna. Karna suatu saat nanti siapa tahu itu berguna. Belajar untuk konsisten dari hal-hal kecil .

Wahh....just write it ajalah pokoknya !!!!!

Ccchhhhaayyooooo!!!!!!!!!!!!!

Thursday, February 09, 2006

Lagi bad mood

Hari ni entah kenapa aku pake baju warna merah. Padahal kalo aku pake baju warna merah ini menguras emosiku dan pinginnya melakukan segala sesuatu dengan emosi. Wih...padahal atiku kan lagi pingin damai. kedamaian....kedamaian.....

Hari ni kuliahku sebenernya enak sih. Bu dosenku juga cantik bo..!! wih aku aja naksir apalagi yang cowok yah ? masih muda lagi. hmm...acungan jempol juga buat ibu satu itu, karena di usianya yang masih muda (28 taon) udah lulus S2. en punya anak satu. Wihhh....gue juga pingin loo kayak gitu. Tapi kapan ya ????
Tentang organisasiku,...
mmm lagi-lagi aku mengalami kejenuhan. yah wajar sih emang ketika seseorang ingin mengambil jeda sejenak dari rutinitas yang biasanya. ya gak ? mungkin itu juga yang sedang aku rasain. rutinitas itu membuatku jengah dan mulai tak bersemangat lagi berada di sana

Friday, February 03, 2006

Kado Buat Abi

Malam ini masihlah tetap seperti malam-malam yang kemarin. Hanya bedanya aku tak bisa tidur. Meskipun seharian tadi aku merasa sangat lelah karena harus bergulat dengan pakaian kotor suami dan anak-anakku, tapi entah malam ini aku begitu resah. Pikiranku melayang-layang entah kemana. Sudah beberapa hari ini aku sering terbangun tiba-tiba.

Malam menjadi semakin larut. Suamiku sudah tampak nyenyak tidur di samping tubuhku. Aroma tubuhnya lekat dengan hidungku. Yah…aroma inilah yang selalu kurindukan darinya. Aroma inilah yang membuatku nyaman ketika kurasakan kecemasan melandaku. Dari keremangan cahaya kamarku, kulihat gurat ketegasan di wajahnya. Menyiratkan bahwa ia seorang lelaki yang tangguh. Tak dirasakan lelah yang menempanya selama sesiangan tadi. “ Abi, aku sayang kamu “, bisikku di telinganya lembut. Hmm…kebiasaanku sehari-hari pada Abiku tersayang itu. Usia perkawinan yang sudah tak muda lagi bagi kami, tak membuatku berjarak dengannya. Malah aku semakin sering bergelayut manja padanya. Bagaimana tidak , rasanya aku tak tahan saat ia di dekatku. Bawaannya pingin memeluknya terus.

Tak peduli ia kelelahan sehabis mengantarkan penumpang ke sana kemari. Rasanya damai sekali berdekatan dengan Abiku. Sosok lelaki ‘jantan’ yang membuatku merasa menjadi bidadari di matanya. Perlakuannya padaku, sering membuatku gemas. Ia masih saja memperlakukanku seperti gadis kecil yang manja, meski di usiaku yang menjelang senja ini. Pernah suatu saat ia cemburu padaku, karena ada tetangga yang menggodaku, tapi ia bukannya malah marah-marah, tapi ia malah dengan erat memelukku sepanjang jalan di kampung. Sambil sesekali mengelus-elus kepalaku.Hhh….

Ups…Abi mulai membuka matanya, bisikku dalam hati.Dan aku berpura-pura memejamkan mataku agar terlihat aku sedang tidur. Kuintip ia perlahan-lahan dari balik bulu mataku, dan kulihat ia sedang mengendap-endap menuju kamar mandi. Dan aku sudah tak heran lagi. Seperti di tiap-tiap malam biasanya, ia pasti hendak ‘bercinta dengan Rabbnya. Tiba-tiba kurasakan sentuhan lembut di pipiku, sepertinya Abi ingin mengajakku turut serta. “ Umi sayang….., bangun yuk. Ada banyak malaikat yang datang malam ini. Maukah turut serta memuja nama Rabb kita ??. Bidadariku yang manis, bangunlah sejenak, yuk….buka mata dulu. Bentar aja “, bisik Abiku lembut di sela-sela rambut-rambut kecil yang menutupi telingaku. Ah..kurasakan getaran hebat di tubuhku. Aku pun terbangun dan langsung memeluknya. Duh…kangen sekali aku padanya.

Setelah mengambil air wudlu, aku dan Abiku mulai melakukan sholat lail. Sambil sesekali kudengarkan isakan dari mulutnya, suasana malamku menjadi begitu damai sekali. Seusai sholat aku bermuhasabah dengannya. Introspeksi diri dan saling mengingatkan akan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Selalu begitu saja tiap-tiap malamku.

Karena Abiku masih merasakan kelelahan yang teramat sangat karena mengayuh becaknya di sepanjang jalan raya seharian tadi, ia biasanya menyempatkan diri untuk tidur-tiduran sejenak. Sementara aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan bagi anak-anakku. O iya aku lupa, batinku. Hari ini Abiku berulang tahun. Inilah yang menjadi beban pikiranku beberapa hari kemarin. Duh…aku tak punya uang lebih untuk membelikannya sesuatu yang berharga. Uang belanja dari Abi kemarin saja hampir habis untuk biaya pengobatan anakku yang paling kecil. Terus aku mesti gimana ??

Yah…..aku tahu. Aku langsung menuju ke kebun belakang dan mulai menggali-gali tanah. Kucabut akar pohon yang sdah tampak membesar itu. Sebatang ketela pohon kudapati di sana. Dengan cekatan aku mengulitinya dan mulai membersihkannya. Aku mau bikin roti tart dari singkong. Dengan berbekal pengalaman sehari-hariku mengolah bahan makanan yang satu itu, akhirnya singkong kukusku itupun jadi. Sebelumnya kucetak dulu di sebuah loyang berbentuk bundar agar semakin mirip dengan kue tart. Lalu setelah matang di atsnya kuberi taburan gula putih dan sedikit gula merah juga tak lupa satu lilin kecil di tengahnya. Wow…kue yang cantik, seruku.

Ketika Adzan subuh berkumandang aku dan seluruh keluargaku sholat berjamaah di mushola sebelah rumah. Kebiasaan ini masih saja melekat pada keluarga kami, meski sudah bertahun-tahun sejak kami memulainya pertama kali. Beberapa menit kami berada di mushola, kemudian ketika sampai di rumah, aku meminta pada seluruh keluargakuagar berkumpul di dapur. Dan dengan mesranya aku memeluk Abiku dari belakang dan mengucapkan “ Selamat Ulang Tahun, Abi sayang. Semoga Allah memberkahi umurmu”, ucapku padanya dan akhirnya diikuti semua anak-anakku. Abiku begitu terpesona ketika kuperlihatkan kue tart bikinanku itu. Bahkan sampai-sampai ia berani mencium pipiku di depan anak-anak. Dan tak lupa usapan lembut di kepalaku, yang selalu membuatku seperti gadis belasan tahun. Ah.. Abi semoga di usiamu yang semakin senja ini, engkau selalu diberi kekuatan untuk menghadapi pahit getir hidup ini bersamaku, hingga ssaatnya nanti kita berpisah. “ Kami semua sayang Abi !!!”, ucap aku dan anak-anakku berbarengan sambil memeluknya erat. Lalu kami tertawa bersama-sama.

Aku Cemburu Lagi

Kulihat wanita bertubuh sintal itu tengah tergolek lemah di atas seprai putih. Bau khas obat-obatan membuat kepalaku makin berdenyut-denyut. Hampir 8 jam aku menemani wanita berparas ayu itu berjuang menantikan kehadiran buah hati pertamanya. Tak ada mimik kesakitan lagi yang kulihat di wajahnya. Bahkan butir-butir keringat yang menempel di dahinya seperti kerlip mutiara baginya. Hanya kedua matanya saja yang masih terlihat sembab sehabis persalinannya tadi.

Ini cucu pertama bagi ibu mertuaku. Aku tahu betapa ia sangat gembira dengan datangnya cucu pertama ini. Meski cucu itu bukan dari Mas Arman—suamiku—sebagai anak pertama di keluarga besarnya. Semenjak seharian tadi ibu mertuaku memang tak lelah untuk menunggui wanita itu. Mulai sejak kontraksi hebat dan harus dibawa ke rumah sakit, sampai menemani detik-detik hadirnya sang jabang bayi. Dan kini, ia sedang berada di sisi Ella, begitulah nama adik iparku itu.

Sementara aku hanya melihatnya dari kejauhan. Aku agak lelah karena seharian tadi harus turut bergantian dengan ibu menemani Ella. Tak tega rasanya kalau sampai meninggalkan ia merintih-rintih sendirian. Apalagi ini pengalaman pertama baginya. Mas Arman duduk di sebelahku sambil memberiku ruang untuk merebahkan kepalaku di pundaknya. Kami berdua hanya terdiam sambil mengamati Ella yang kini sudah mulai bisa berkomunikasi dengan ibu.
“ Dek, kamu kenapa diam saja ? “, tanya Mas Arman lembut di telingaku
“ Mmm…nggak apa-apa Mas. Aku cuma sedang kelelahan saja “, jawabku singkat
“ Tapi biasanya kamu yang paling ceria lho kalau ada moment-moment seperti ini.Apa yang sedang

kamu pikirkan, Cah Ayu ?”, rayunya sambil memanggilku dengan panggilan kesayangannya.
“ Hmm…nggak ada yang aku pikirkan “, sambil aku agak merenggangkan sandaranku padanya.
“ Ya sudah kalau gitu. Sini bersandar lagi sama aku biar lelahnya sedikit berkurang “.
“ Nggak deh Mas. Kayaknya capeknya udah ilang kok. Aku ijin keluar sebentar ya ?! “, tolakku
sambil berlalu pergi.

Kutelusuri lorong rumah sakit itu sambil menahan air mata yang sudah mengambang di pelupuk mataku. Entah apa yang sedang aku rasakan kini. Rasanya aku ingin sesegera mungkin menyingkir dari tempat ini dan menenangkan diriku sejenak. Ketika hampir mencapai pintu gerbang rumah sakit cepat-cepat kulangkahkan kakiku ke arah halaman karena bendungan air mataku hampir saja jebol. Untunglah kulihat sebuah bangku kosong yang nampak cukup nyaman untukku. Dengan sekali tarikan nafas panjang aku pun menangis tersedu-sedu di sudut halaman itu. Rasanya meluber segala yang mengganjal di hatiku. Ujung bajuku hampir bisa diperas karenanya.
Setelah hampir 1 jam aku menumpahkan segala yang aku rasakan, aku pun mulai bisa menghela nafas dan sedikit lebih tenang. Tarikan nafasku pun lebih teratur. Aku sedih Rabb…, rintihku pelan. Di tengah kegembiraan yang melanda keluarga kami ini, terselip perih di hatiku. Aku ingat tentang aku dan Mas Arman yang sampai kini belum dikaruniai seorang anak.

Pernikahanku dengan Mas Arman memang baru berjalan beberapa bulan. Memang awalnya aku dan suamiku tak mempersoalkan masalah anak, tapi walau bagaimanapun aku sebagai seorang wanita sejak awal akan merasa kurang sempurna ketika belum memberinya seorang keturunan. Bahkan kalau sampai keduluan adiknya seperti ini. Dulu perkawinan kami memang sempat tak direstui kedua orang tuaku. Mereka beralasan kalau calon suamiku harus memenuhi kriteria pangkat dan jabatan yang tinggi. Itulah yang membuat kami sempat maju mundur dalam melanjutkan rencana pernikahan kami. Hingga akhirnya Mas Arman harus mengalah untuk memberi kesempatan pada adiknya melangsungkan pernikahan terlebih dahulu. Perasaanku waktu itu sontak begitu iri dan cemburu. Namun belakangan baru diketahui bahwa pernikahan itu dilakukan untuk mempertanggung jawabkan kehamilan Ella yang sudah memasuki usia 5 bulan.

Hhhmm…..aku menangis kalut waktu itu.
Ia masih terlampau muda untuk mendapatkan tanggung jawab sebesar itu. Di usianya yang masih 3 tahun di bawahku itu, ia tampak begitu lugu. Dan cantik . Namun kehamilan yang tak diduga itu tak membuat keluarga suamiku berubah. Bahkan mereka begitu welcome dengan kehadirannya. Tak seperti di keluarga-keluarga lain yang biasanya begitu shock dan tampak tidak ramah, mereka malah sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Cantik, lugu, disayangi seluruh keluarga, dan kehamilan yang malah ditunggu-tunggu membuatku cemburu padanya. Diam-diam aku sering memperhatikan wajahnya yang masih imut itu, rambutnya yang hitam lurus sebahu, matanya yang lentik, bibir yang mungil dan tubuh yang sintal serta tinggi semampai. Wiihh….lelaki mana yang nggak akan berdecak kagum melihatnya ?!.

Betapa aku ingin sekali menutupi mata calon suamiku agar tak melihat padanya. Meski ia adik iparnya sendiri, tapi namanya ketertarikan tak akan pandang bulu. Apalagi ia masih tinggal serumah dengan keluarga besar ibu mertuaku saat itu. Mas Arman waktu itu pernah bilang padaku, “ Wanita yang pertama kali hamil pasti akan terlihat cantik !”. Kuakui kehamilan Ella membuatnya semakin terlihat cantik , namun kali ini pengakuan Mas Arman semakin menguatkan keyakinanku bahwa ia sering memperhatikan Ella. Duh…Gusti perih rasanya hatiku.

Sementara menunggu restu dari kedua orang tuaku sendiri juga sangat melelahkan buat aku dan Mas Arman. Ketika kami tak tahu hal apa saja yang belum kami lakukan atau juga hal-hal yang sekiranya memicu keterlambatan turunnya “Surat Keputusan Nikah” dari mereka , kami mulai mencoba menerka-nerka dan berspekulasi tanpa ada fokusnya. Dan waktu itu aku sempat iba melihat calon suamiku yang usianya sudah terpaut jauh diatasku. Betapa usianya sudah tak muda lagi. Naluri kebapakannya pun juga sudah mulai terbentuk. Aku bisa melihat dari perilakunya bahwa ia sudah begitu merindukan teman ‘seperjalanan’ dalam hidupnya yaitu istri dan anak-anak. Tapi aku pun juga tak bisa berbuat apa-apa, meski mereka adalah orang tuaku.
Mendekati usia 8 bulan kandungan Ella, orang tuaku mulai membuka diri dan dengan pendekatan secara halus, aku dan Mas Arman mendapat restu dari kedua orang tuaku. Akad nikah yang sederhana dan hanya dihadiri oleh beberapa kerabat keluarga, tetangga dan teman-teman kami membuatku tak dapat menahan haru. Seolah tak sia-sia peluh kesabaranku dalam menghadapi perjuangan ini. Subhanallah ….. aku akhirnya mampu menyempurnakan ibadahku.

Menginjak bulan ke 2 pernikahanku, kandungan Ella yang semakin besar mendekati masa persalinan. Dan itu terjadi hari ini. Ketika aku menyempatkan mengunjungi ibu mertuaku. Awalnya Ella masih terlihat baik-baik saja, bahkan sempat ngobrol-ngobrol denganku. Namun, beberapa menit kemudian ia terlihat merintih-rintih kesakitan. Rupanya rahimnya berkontraksi hebat. Untunglah ada suamiku dan beberapa saudara laki-laki lainnya yang akhirnya mengantarkannya ke rumah sakit terdekat. Sementara suaminya sendiri , sejak semalaman belum pulang. Dan baru diketahui kalau ia sedang begadang bersama kawan-kawannya ketika salah satu pamannya mencari-carinya di tempat tongkrongannya. Fiiuuhh….aku hanya dapat mengelus dada melihat kelakuan adikku iparku ini.
Yah, mau gimana lagi kehamilan yang tidak diharapkan memang sering menimbulkan dampak psikologis keengganan pada orang tua si bayi. Sesuatu yang munculnya tak terduga dan tak direncanakan. Bahkan ceritanya waktu itu Ayah si jabang bayi sempat ingin menggugurkan anak yang sudah 3 bulan dikandung ibunya. Untungnya tidak terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan selama masa kehamilan.

Selama menunggu masa persalinan, aku dan ibu mertuaku bergantian menjaga Ella. Dan sesekali suaminya juga ikut menungguinya, meski dengan muka yang begitu terpaksa. Kadang ketika ibu atau suaminya yang menjaga, aku menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Mas Arman yang menunggu di luar. Berada di dekat Mas Arman membuatku bisa lebih tenang dan memiliki keberanian lebih untuk menemani Ella. Maklumlah , seumur hidup baru kali ini aku melihat proses persalinan secara langsung.
Dan Mas Arman adalah teman pengendali emosiku yang paling baik. Sosok pelindung dan penyayangnya membuatku tak pernah bosan ketika berlama-lama dengannya.

Hingga akhirnya 8 jam kemudian, Ella dengan sekuat tenaga melahirkan seorang anak. Ia dan bayinya selamat. Dan bayi perempuan mungil yang sedang digendong suster waktu itu membuatku menangis terharu di bahu Mas Arman. Maha Besar Ia yang menciptakan makhluk yang begitu indah dan cantik. Setelah bayinya selesai dimandikan oleh suster, Mas Arman-lah orang pertama yang menggendong bayi mungil itu. Dan ia pula yang meng-adzani di telinga kanan si bayi.
Seketika itu juga, perasaan cemburuku spontan meluap hingga ke ujung kepalaku. Mengapa mesti Mas Arman yang meng-adzani dia ? Mengapa bukan suaminya ?!, jerit hatiku waktu itu. Aku ingin Mas Arman mengalami masa pertama kali kagum dan takjub adalah pada bayi kami berdua. Dan ia pertama kali dalam hidupnya mengadzani bayi mungil dan itu juga bayi kami berdua. Bukan bayi adiknya, atau orang lain manapun. Namun kulihat pancaran kegembiraan tak terhingga di matanya, dan aku semakin tenggelam dalam kesedihanku. Ia sempat mengiming-imingi aku, dan aku merasa muak karenanya. Aku sebagai wanita juga memiliki keinginan untuk memiliki keturunan dan melakukan perjuangan itu tapi kini aku masih belum dikaruniaiNya. Dan ini membuatku cemburu lagi.

Ahhh…Rabbi, maafkan aku jika akhirnya aku iri. Ampuni aku jika akhirnya aku cemburu. Sungguh anugerahMu padanya membuatku ingin merasakan hal yang sama. Bahkan kadang pikiran busukku tiba-tiba menelusup dan berbisik, aku sering merasa bahwa aku dan Ella pernah sama-sama melakukan suatu dosa, tapi ia seolah mendapat anugerah yang tiada tara. Pernikahan yang istimewa, Keluarga yang menyayanginya, kehamilan yang ditunggu banyak orang, kelahiran anak perempuan yang menyita perhatian banyak orang dan pesona kecantikan yang tak pernah terelakkan oleh siapapun. Dan aku iri.

Namun, setelah aku pikir-pikir, aku cukup jahat juga rupanya. Seharusnya aku mampu melihat sisi terangnya yang lain. Bahwa ini menjadi salah satu anugerah untuknya karena ia pernah mengalami masa ‘keruwetan’ dalam keluarganya. Tak ada kasih sayang seorang ibu yang pernah benar-benar menelusup di kalbunya. Sebab perselingkuhan ibunya dengan laki-laki lain membuat hidup keluarganya berantakan. Dan semua ini akan menjadi hadiah terindah dari Allah untuknya.

Hatiku mulai semakin tenang meski aku tetap cemburu pada indahnya anugerah yang diberikan padanya. Dan masih tak dapat menerima Mas Arman yang mengadzani seorang bayi untuk pertama kalinya pada bayi Ella. Tapi aku cukup bisa menguasai emosiku. Kupejamkan kedua mataku, kuhirup nafas dalam-dalam dan kuhembuskan udara perlahan-lahan. Tiba-tiba dari belakang sebuah sentuhan halus menyentuh pundakku. Refleks kutolehkan pandanganku dan kulihat senyum Mas Arman mengembang untukku. Sengaja kemudian ia duduk di sampingku dan membiarkan kepalaku bersandar di dadanya.

Wednesday, January 18, 2006

Pernikahan dan Golongan Intelektual

Seorang penulis yang mencoba menawarkan gagasannya adalah seorang intelektual. Tak peduli lulusan apa saja asalkan telah menghasilkan gagasan yang berguna bagi masyarakatnya, sesungguhnya seorang intelektual. Ia bisa seorang guru, pedagang, petani atau apapun pekerjaaanya. Karena intelektual bukan pekerjaan, tapi fungsi dalam masyarakat.

Menjadi intelektual bukan berarti bekerja menjadi penulis. Tapi bila seorang penulis dapat berfungsi memberikan gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat banyak, maka ia digolongkan sebagai intelektual. Dan Rasulullah menyebutnya dengan kalimat " penulis yang selalu memberi penawar ". Itulah intelektual.

Menghubungkan intelektual dengan pernikahan seakan-akan tindakan yang mengada-ada. Hal ini bukan hanya karena pada realitasnya banyak orang yang tidak menikah dan tetap mampu menghasilkan karya besar.Namun juga karena kesadaran kita memberikan jarak yang jauh antara makna intelektual dan pernikahan.

Padahal dalam banyak ayat Al Quran , pernikahan sering dihubungkan dengn perintah berbuat adil yang berakar dari kata al-'adl. Yang berarti dalam pernikahan terdapat perintah untuk menegakkan keadilan dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara (sitematik).Pandangan ini nampaknya kurang dimengerti oleh banyak kalangan kita.

Menurut Prof. Tahir Mehmood (1984), pernikahan dalam Islam dibangun sebagai suatu perjanjian suci, yaitu antra sakral dan kontrak. Ini yang sering kurang mendapat apresiasi memadai di kalangan kita. Dalam kenyataan kebanyakan mayarakat sekarang--sadar atau tidak--pernikahan ditempatkan dalam bentuk yang mirip dengan pandangan kaum jahiliyah.

Menurut Ashgar Ali Engineer (2000), pernikahan pada masa jahiliyyah hanya sekedar perjanjian kontrak tanpa nilai sakral. Pernikahan bak jual beli barang saja. Sehingga wajarlah bila sekarang ini keberadaan keluarga hasil perkawinan mudah sekali diterpa oleh kasus prselingkuhan dan seks bebas.

Bagi intelektual, pernikahan memberi inspirasi untuk menikahkan ilmu dan amal, eksperimentasi praktis dan teoritis, serta induksi dan deduksi. Sebagaimana menikahkan kekuatan jamaliyah pda perempuan dan kekuatan jalaliyah pada laki-laki. Dan itu tidak sama antara pertemuan tesa dan anitesa menghasilkan sintesa sebagaimana logika cartesian yang banyak dikritik Frijchof Capra. Namun pernikahan tersebut merupakan kesatuan yang bernama kekuatan kamaliyah dan pelakunya adalah insan kamil.

Karena itu intelektual yang memahami konsep pernikahan, tak sekedar memproduk gagasan lewat mulutnya aja, karena tanpa mengamalkannya adalah merupakan maturbasi intelektual. Padahal dalam Islam yang diajarkan adalah menikah, bukan masturbasi.

Sebaliknya orang yang menikah perlu memahami bahwa ia memiliki derajat intelektual. Dengan demikian mereka yang sudah menikah seharunya menjadi insan kamil, bukan sekedar insan hamil. Berbagai pernikahan tanpa tujuan kenabian (profetis) hanya akan menghasilkan persetubuhan yang berujung pada kelelahan fiik dan mental.

Dan salah satu arti hidup bagi seorang muslim, adalah pencarian ilmu yng bermanfaat. Rasulullah memberi 3 pilihan bagi yang menikah untuk kesuksesan hidupnya. Yang menjadi pemimpin untuk bisa melakukan gerakan-gerakan sosial. Atau menjadi intelektual dengan menelurkan gagasan-gagasan yng bermanfaat. Atau menghasilkan tokoh besar dari hasil perkawinannya.

Pernikahan seperti itu akan mampu menghasilkan persenyawaan. sehingga dapat membangun cara pandang baru bagi kedua mempelai. Dalam bahasa lain, rumah merupakan tempat memasak (mengendapkan pengalaman ) cara pandang suami istri.

Sehingga jika masakan itu jadi, maka perkawinan akan membuahkan cara pandang baru bagi lingkungan rumah tangga mempelai.sebagaimana perintah Nabi untuk memberikan hidangan pada seluruh tetangga yang telah membaui masakannya . jadilah kedua mempelai sebagai da'i bagi tetangga mereka. Juga masyarakat dan negara mereka.

* disadur dari buku ' Rekayasa Sosial Lewat Malam Pertama , pesan-pesan Rasulullah SAW
menuju pernikahan barokah '
karangan Ashd Kusuma Djaya
penerbit : Kreasi Wacana