Wednesday, March 11, 2009

Doa

Diam-diam di sudut hati pendosa

Komat kamit membasahi ujung bibir

Sekelumit harap dan bujuk terselip mulus di lidahnya

Demi dapatkan kehendak yang dipinta

Malang, 301006

20.09 WIB

Gelap Tak Selalu Pekat

Dirasa berat jika kita orang-orang yang mudah menyerah

Dirasa enggan tuk bangkit jikalau kita mudah lelah tuk bertahan

Tapi kita kan kuat andainya tahu

Semua ketidak bahagiaan yang terjadi tak selalu berakhir suram

Dan adalah hal istimewa ketika Ia mulai mempercayai kita atas tantangan baru

Ia tahu kita bisa menghadapinya

Hanya tinggal cara kita menyusuri setiap lorong tuk menemukan jawabannya

Serta sebongkah keyakinan yang terselip dalam doa yang tulus

Bukankah Ia lebih suka ketika melihat makhlukNya bergantung utuh padaNya ?



Malang, 291006

22.45 WIB

Salam Dari Hembus Angin

Ada yang menyibak rambut halus di keningmu

Tepat ketika sekelebat senyum tersungging di bibirmu

Entah selalu ada aroma melati ketika kau datang

Seolah menyiratkan hadirmu sebentuk peredam penat

Oh iya,

Hembus angin yang membelai ujung rambutmu kemarin sempat berbisik

Ujung rambut indahmu mulai bersisik

Karna ia tak sengaja menelisik terlalu kuat di sela rambutmu

Malang, 291006

22.28 WIB

For Elvin

Tanya Pada Hatimu

Benarkah hidup tetap berarti jika dilewati dalam sepi ?

Mungkinkah bulan kan berpendar tanpa sinar surya ?

Sekiranyakah fetus terlahir dari hasil onani sel telur ?

Bukankah muasal manusia dari benih adam dan hawa yang suci

Dan sempurnanya pengabdian untukNya

Tak pelak melibatkan kesucian intim sepasang ma- khlukNya

Malang, 291006

22.05 WIB

For Dian Tyas

Untuk kawanku

"Tetap berkobar kawan”, kata seorang kawan padanya

Gelegak darah semangat tiba-tiba ikut memuncak di pembuluhnya

Bukan hanya semangat di ujung lidah

Kobarannya tak pelak membangkitkan hasrat tuk teruskan perjuangan

Bangkitnya bukan hanya tuk tunjukkan bajanya sebuah niat

Nyala yang menyatu inilah yang menghembuskan hawa kesadaran

Atas itikad eksistensinya di dunia ini

Malang, 261006

17.14 WIB

For Didix

Idealisme Tak Pernah Sepi

Pernahkah kau dengar teriakan gempita para demonstran ?

Hiruk pikuk meludahi pasungan mimpi indah

Semakin lantang ototnya meneriakkan “Hancurkan…!!!”

Perut-perut buncit makin lapar tuk memangsa segalanya

Bahkan ketika hampir putus uratnya tuk mempertahankan satu rupiah dalam sebutir nasi

Semakin gencar kebijakan-kebijakan sang penguasa untuk membanjiri negeri dengan sumbangan berbunga

Dan manusia-manusia yang busunglah penyaksi perihnya lambung mengaisi sisa makanan

Malang, 261006

16.40 WIB

For Aji

Sajak Sang Imam

Takbirlah bersamaku wahai makmum-makmumku

Ruku’lah bersamaku wahai pecinta ridhoNya

Sujudlah bersamaku wahai pendamba kemuliaan

Tapi jangan bersujud untukku

Ingatkanlahku ketika aku tak bertasyahud pada rakaat kedua

Ikutilah aku sebatas penunjuk jalan yang gelap

Aku bukanlah titisan Tuhan yang suci

Takbir…

Ruku’…

Dan sujudlah bersamaku….

Sebatas mendengar dan menjalankan kasihNya tuk manusia

Malang, 261006

13.35 WIB

For Dida

Simpul Mawar

Seraya terpekur kumengingat hari kemarin

Ketika namamu hanya sekelebat tak bermakna dalam pikirku

Tak pernah terpikir bahkan tuk sekedar bersahabat denganmu

Hanya sebatas kekagumanku saja yang sempat menyelinap

Entahlah…

Bagai sihir, seikat mawar mampu mengubah semuanya

Aku serasa memasuki dunia dongeng

Aku seorang putri dan engkau pangeran berkuda yang membawakan bunga keabadian untukku

Mungkin bunga mawar kan layu dalam hitungan hari

Namun wanginya masih tersimpul di hatiku

Dan di setiap waktuku wangi itu semakin lekat dan merasukiku



Malang, 251006

11.58 WIB

For Mas Dhista

Bait Puisi untuk Kekasihmu

Pernah kulihat goresan sanjungmu untuknya

Cobalah kau baca sekali lagi setiap baitnya

Bukan hanya rayu dan bujukmu yang nyata

Tapi juga ada sebongkah kasih yang resah

Ada hidup dalam setiap kata yang kau tuliskan

Meski kekasihmu tak menolehkan hatinya padamu

Dan entah mengapa puisimu tetap bisa bertahan hidup

Sementara kekasihmu tak lagi hidup kini

Malang, 181006

10.27 WIB

Suami Idaman

Bilakah hati ini resah menjalani hari

Tengoklah sesosok rupawan yang tak enggan berbagi senyum

Bukan lagi cumbu rayu penuh nafsu yang nampak

Ada usapan peluh untuk kita dan tatapan yang peduli

Jikalau pun ia mesti berjuang di tengah arus deras demi hidup

Ia tak kan enggan mendengarkan kita berbagi cerita

Bahkan jika mendapati tubuh kita tak semulus patung porselain

Senyumnya masihlah yang terindah untuk kita

Bukankah cinta itu berbagi,

Dan padanya tak kan pernah terlewatkan secuil kasih pun yang tak dibagi.

Malang, 171006

22.50 WIB

Antara Tuhan dan Papa

Sejak kecil Papaku mengajariku tentang Tuhan

Tuhan adalah Zat yang menciptakanku

Tuhan adalah Zat yang wajib disembah


Semua firmanNya merupakan kebenaran mutlak

Tak ada satu pun ayatNya yang boleh ditentang

Tak secuil sabda kekasihNya yang boleh ditawar

Kini usiaku sudah mulai beranjak dari kepolosanku

Tuhan yang kusembah masih sama seperti waktu kecilku

Tiap ayat yang kubaca masih sama seperti aku mengaji dulu

Bahkan Papaku tak segan mengajariku tentang Tuhan lagi

Namun ada yang janggal ketika aku membaca ayatNya

Tersirat seberkas petunjuk untuk lebih menjaga diriku

Dan kini ayat itu tak hanya kubaca seperti waktu kecil dulu

Perlahan kucoba memahaminya

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menjalankannya

Tuhan yang ada dalam hati dan pikiranku masihlah yang dulu

Tuhan ini masihlah yang selalu kudatangi tiap waktu

Kalau waktu kecil dulu mungkin aku hanya pengikut saja

Tapi kini tak hanya pengikut tapi seharusnya juga pelakon

Sedangkan Papaku masihlah tak enggan mengajariku tentang Tuhan

Sama seperti masa kecilku dulu baginya ayatNya wajib dijalankan

Namun ketika aku mengatakan untuk akan menjalankan ayatNya

Papaku berkata, “Apa kamu sudah mantap dengan ayat itu ?”


"Ayat itu bertujuan baik, tapi apakah dirimu siap menjalani ayat itu ? Coba dipikirkan lagi”

Aku pun memantapkan diri untuk menjalankan ayat itu

Tuhanku masih sama seperti yang pernah diajari Papaku waktu kecil

Dan aku pun masih percaya pada Tuhan dan Papaku

Namun saat kubertanya lagi pada Papaku,

“Bolehkah kulakoni ayatNya sekarang ?”

Papaku menjawab, “Apa kamu sudah mantap dengan ayat itu?”.

“Apa tidak lebih baik ditangguhkan dulu untuk ayat itu ?”.

Aku diantara Tuhan dan Papa

Tuhanku adalah Sang pengatur jalan hidupku dunia akhirat

Dan Papaku adalah Sang makhluk yang diberi amanah olehNya

Ada ayat ditengah tasbihku pada Tuhan

Juga ada nasehat ditengah hormatku pada Papa

Mungkinkah aku harus mengingkari yang pernah disampaikan Papa tentang Tuhan padaku ?

Mungkinkah Tuhan yang salah memfirmankan ayatNya ?

Atau mungkinkah aku yang terlalu naif memahami ayatNya yang telah kubaca bersama Papa ?

Dan aku berada diantara Tuhan dan Papa kini

Malang, 171006

22.44 WIB

Merekah amarah

Apa hendak dikata ketika waktu mulai tak bersahabat

Bukan sebuah nasehat kesabaran yang kuinginkan

Detik demi detik mencoba menghiburku

Namun bisik kalbu tak terpuaskan

Hatiku mulai getir mengeruh

Tak ada yang bisa menahanku

Meski ku tahu aku tak kan bisa menancapkan apapun

Namun bolehkan aku sedikit saja tusukkan duri pada apapun ?

Malang, 131006

21.06 WIB

Karna Hujan Sayapku Basah

Hujan mulai merajuk di lelahnya siang

Aku mencoba berhimpit-himpit diantara dedaunan

Semakin dingin hujan ini menderaku

Kurasa hanya aku yang merasa dingin

Aduh...

Sebelah sayapku mulai basah

Ada yang sengaja memercikkan air itu

Ahh...

Rupanya hujan tak mau menghiburku

Sekujur sayapku dibuatnya basah

Lunglai...

Dan aku pun kedinginan

Tepat ketika aku mulai belajar merentangkan sayapku


Malang, 2005

Gincu Merah Rama

Bibir merah bergincu masih kulekatkan

Wangi arum dalu tubuhku semerbak yang kutawarkan

Bunga nafasku tebaran pesona lirik jahil

Aku selalu rindu eksotisme rembulan di wajahmu

Pun setiap sentuhanmu yang lekat buaian malaikat

Dinda, duduklah menghangat di belahan dadaku

Karna ragamu titipan surya senja yang enggan menguliti alam

Konon cinta selalu menempati singgasana pualam yang licin

Jangankan berjingkat

Merentangkan sayap saja nafas ikut terhenti

Singgasana cinta kan utuh di balik rengkuh hidup sang Rama


Masih teringat nestapaku melihat cumbu Rahwana di langsatmu

Enggan kubayangkan indah purnamamu dijilati birahinya

Aku mulai muak dengan arum dalumu yang berbau Rahwana

Hingga tubuh mungil yang amis luruh dari rahim sucimu

Aku ini jiwa Rama yang berdegup melihat Sinta terkapar

Hendak kapan ku bisa robek kemaluan Rahwana yang cumbui elokmu

Aku tak seculas Rahwana perebut Sinta

Aku ini jiwa Rama yang ber-raga Sinta

Meski bukan keperkasaan wujudku

Gincu merahku kan selalu kecup dirimu kala letih

Walau dadaku tak sekokoh bakau

Belahan dadaku mampu mengalirkan kehangatan kasih tulus


Malang, 230906

07.29 WIB

Andai Engkau Tahu, Ma

Ma, aku mungkin belum membalas segenap cintamu

Sepanjang usiaku aku tak lebih menjadi benalu untukmu

Masih jelas kurasakan hangat tanganmu yang kucium

Dan tetap tak bisa kulupakan bau tubuhmu yang menenangkanku

Andai engkau tahu, Ma

Aku bersamanya bukan untuk menjauhimu

Justru inilah pengabdianku untukmu

Memang tak seperti yang kau harapkan

Namun, bersamanya aku tak kan menorehkan dosa untukmu lagi

Ma, percayalah cintamu tetap tak kan tergantikan

Dirimu tetaplah yang terbaik sepanjang hidupku

Beserta janji yang kau titipkan padaku,

Aku kan tetap mengabdi padamu meski ku bersamanya

Malang, 121006

21.16 WIB

Kalau Matahari Enggan Menyapa

Usia bumi tak lagi segesit jutaan tahun lalu

Coba lihatlah lapisannya yang mulai mengelupas

Tak bisa kubayangkan jika ia mesti mati

Mungkin bintang akan berguguran karena sedihnya

Bulan pun akan menelusup dalam pekat gelap

Dan kalau matahari pun sudah enggan menyapa kita

Mungkinkah kita masih yakin atas kekuatan kita sendiri ?

Malang, 121006

21.03 WIB

Mengaisi Kasih Tuhan

Entah ini sajak keberapa untukNya

Ada rayuku yang terselip di dalamnya

Meski ku tak pernah tahu

Benarkah Ia membaca sajakku ?

Mungkinkah titik-titik tinta ini menjadi hitunganNya

Bukankah dzikir merupakan sebuah ritual untukNya

Dan aku ingat,

Setiap aku menggoreskan bahasaku di ujung pena ini

Selalu ada namanya yang terkait di ingatanku

Aku mengingatNya dengan caraNya mengajakku menapaki hidup

Malang, 100906

21.28 WIB

Bintang Tak Boleh Lelah

Lirih kudendangkan lagu malam ini
Tak sadar kutengadahkan mataku ke langit
Kelam nan rupawan
Merona semu kelabu berbayang awan
Jikalau diriku masih tak lelah berharap
Mungkin tak hanya bintang yang terpaku bersama bulan
Diriku pun sesekali ingin menjadi penyaksi itu
Namun untuk menjadi bintang
Tak boleh lelah peluhku menetes
Meski entah kapan bintang kan berpihak padaku
Tapi ku bisa memulainya dari kerlip keringatku
Malang, 091006
21.09 WIB