Diam-diam di sudut hati pendosa
Komat kamit membasahi ujung bibir
Sekelumit harap dan bujuk terselip mulus di lidahnya
Demi dapatkan kehendak yang dipinta
Malang, 301006
20.09 WIB
di sini gue mo crita tentang hidup en kehidupan gue. he3x. gue pingin share ama siapapun yang buka my blog. sapa tahu kita dipertemukan di sini emang dah dijodohkan ama Yang Maha Kuasa (cie..). Ya gak sich ?! Trus kalo mo ngasih comment de el el bisa kirim di emil gue aisyah_putri17@yahoo.com
Diam-diam di sudut hati pendosa
Komat kamit membasahi ujung bibir
Sekelumit harap dan bujuk terselip mulus di lidahnya
Demi dapatkan kehendak yang dipinta
Malang, 301006
20.09 WIB
Dirasa berat jika kita orang-orang yang mudah menyerah
Dirasa enggan tuk bangkit jikalau kita mudah lelah tuk bertahan
Tapi kita kan kuat andainya tahu
Semua ketidak bahagiaan yang terjadi tak selalu berakhir suram
Dan adalah hal istimewa ketika Ia mulai mempercayai kita atas tantangan baru
Ia tahu kita bisa menghadapinya
Hanya tinggal cara kita menyusuri setiap lorong tuk menemukan jawabannya
Serta sebongkah keyakinan yang terselip dalam doa yang tulus
Bukankah Ia lebih suka ketika melihat makhlukNya bergantung utuh padaNya ?
Malang, 291006
22.45 WIB
Ada yang menyibak rambut halus di keningmu
Tepat ketika sekelebat senyum tersungging di bibirmu
Entah selalu ada aroma melati ketika kau datang
Seolah menyiratkan hadirmu sebentuk peredam penat
Oh iya,
Hembus angin yang membelai ujung rambutmu kemarin sempat berbisik
Ujung rambut indahmu mulai bersisik
Karna ia tak sengaja menelisik terlalu kuat di sela rambutmu
Malang, 291006
22.28 WIB
For Elvin
Benarkah hidup tetap berarti jika dilewati dalam sepi ?
Mungkinkah bulan kan berpendar tanpa sinar surya ?
Sekiranyakah fetus terlahir dari hasil onani sel telur ?
Bukankah muasal manusia dari benih adam dan hawa yang suci
Dan sempurnanya pengabdian untukNya
Tak pelak melibatkan kesucian intim sepasang ma- khlukNya
Malang, 291006
22.05 WIB
For Dian Tyas
"Tetap berkobar kawan”, kata seorang kawan padanya
Gelegak darah semangat tiba-tiba ikut memuncak di pembuluhnya
Bukan hanya semangat di ujung lidah
Kobarannya tak pelak membangkitkan hasrat tuk teruskan perjuangan
Bangkitnya bukan hanya tuk tunjukkan bajanya sebuah niat
Nyala yang menyatu inilah yang menghembuskan hawa kesadaran
Atas itikad eksistensinya di dunia ini
Malang, 261006
17.14 WIB
For Didix
Pernahkah kau dengar teriakan gempita para demonstran ?
Hiruk pikuk meludahi pasungan mimpi indah
Semakin lantang ototnya meneriakkan “Hancurkan…!!!”
Perut-perut buncit makin lapar tuk memangsa segalanya
Bahkan ketika hampir putus uratnya tuk mempertahankan satu rupiah dalam sebutir nasi
Semakin gencar kebijakan-kebijakan sang penguasa untuk membanjiri negeri dengan sumbangan berbunga
Dan manusia-manusia yang busunglah penyaksi perihnya lambung mengaisi sisa makanan
Malang, 261006
16.40 WIB
For Aji
Takbirlah bersamaku wahai makmum-makmumku
Ruku’lah bersamaku wahai pecinta ridhoNya
Sujudlah bersamaku wahai pendamba kemuliaan
Tapi jangan bersujud untukku
Ingatkanlahku ketika aku tak bertasyahud pada rakaat kedua
Ikutilah aku sebatas penunjuk jalan yang gelap
Aku bukanlah titisan Tuhan yang suci
Takbir…
Ruku’…
Dan sujudlah bersamaku….
Sebatas mendengar dan menjalankan kasihNya tuk manusia
Malang, 261006
13.35 WIB
For Dida
Seraya terpekur kumengingat hari kemarin
Ketika namamu hanya sekelebat tak bermakna dalam pikirku
Tak pernah terpikir bahkan tuk sekedar bersahabat denganmu
Hanya sebatas kekagumanku saja yang sempat menyelinap
Entahlah…
Bagai sihir, seikat mawar mampu mengubah semuanya
Aku serasa memasuki dunia dongeng
Aku seorang putri dan engkau pangeran berkuda yang membawakan bunga keabadian untukku
Mungkin bunga mawar kan layu dalam hitungan hari
Namun wanginya masih tersimpul di hatiku
Dan di setiap waktuku wangi itu semakin lekat dan merasukiku
Malang, 251006
11.58 WIB
For Mas Dhista
Pernah kulihat goresan sanjungmu untuknya
Cobalah kau baca sekali lagi setiap baitnya
Bukan hanya rayu dan bujukmu yang nyata
Tapi juga ada sebongkah kasih yang resah
Ada hidup dalam setiap kata yang kau tuliskan
Meski kekasihmu tak menolehkan hatinya padamu
Dan entah mengapa puisimu tetap bisa bertahan hidup
Sementara kekasihmu tak lagi hidup kini
Malang, 181006
10.27 WIB
Tengoklah sesosok rupawan yang tak enggan berbagi senyum
Bukan lagi cumbu rayu penuh nafsu yang nampak
Ada usapan peluh untuk kita dan tatapan yang peduli
Jikalau pun ia mesti berjuang di tengah arus deras demi hidup
Ia tak kan enggan mendengarkan kita berbagi cerita
Bahkan jika mendapati tubuh kita tak semulus patung porselain
Senyumnya masihlah yang terindah untuk kita
Bukankah cinta itu berbagi,
Dan padanya tak kan pernah terlewatkan secuil kasih pun yang tak dibagi.
Malang, 171006
22.50 WIB
Sejak kecil Papaku mengajariku tentang Tuhan
Tuhan adalah Zat yang menciptakanku
Tuhan adalah Zat yang wajib disembah
Semua firmanNya merupakan kebenaran mutlak
Tak ada satu pun ayatNya yang boleh ditentang
Tak secuil sabda kekasihNya yang boleh ditawar
Kini usiaku sudah mulai beranjak dari kepolosanku
Tuhan yang kusembah masih sama seperti waktu kecilku
Tiap ayat yang kubaca masih sama seperti aku mengaji dulu
Bahkan Papaku tak segan mengajariku tentang Tuhan lagi
Namun ada yang janggal ketika aku membaca ayatNya
Tersirat seberkas petunjuk untuk lebih menjaga diriku
Dan kini ayat itu tak hanya kubaca seperti waktu kecil dulu
Perlahan kucoba memahaminya
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menjalankannya
Tuhan yang ada dalam hati dan pikiranku masihlah yang dulu
Tuhan ini masihlah yang selalu kudatangi tiap waktu
Kalau waktu kecil dulu mungkin aku hanya pengikut saja
Tapi kini tak hanya pengikut tapi seharusnya juga pelakon
Sedangkan Papaku masihlah tak enggan mengajariku tentang Tuhan
Sama seperti masa kecilku dulu baginya ayatNya wajib dijalankan
Namun ketika aku mengatakan untuk akan menjalankan ayatNya
Papaku berkata, “Apa kamu sudah mantap dengan ayat itu ?”
"Ayat itu bertujuan baik, tapi apakah dirimu siap menjalani ayat itu ? Coba dipikirkan lagi”
Aku pun memantapkan diri untuk menjalankan ayat itu
Tuhanku masih sama seperti yang pernah diajari Papaku waktu kecil
Dan aku pun masih percaya pada Tuhan dan Papaku
Namun saat kubertanya lagi pada Papaku,
“Bolehkah kulakoni ayatNya sekarang ?”
Papaku menjawab, “Apa kamu sudah mantap dengan ayat itu?”.
“Apa tidak lebih baik ditangguhkan dulu untuk ayat itu ?”.
Aku diantara Tuhan dan Papa
Tuhanku adalah Sang pengatur jalan hidupku dunia akhirat
Dan Papaku adalah Sang makhluk yang diberi amanah olehNya
Ada ayat ditengah tasbihku pada Tuhan
Juga ada nasehat ditengah hormatku pada Papa
Mungkinkah aku harus mengingkari yang pernah disampaikan Papa tentang Tuhan padaku ?
Mungkinkah Tuhan yang salah memfirmankan ayatNya ?
Atau mungkinkah aku yang terlalu naif memahami ayatNya yang telah kubaca bersama Papa ?
Dan aku berada diantara Tuhan dan Papa kini
Malang, 171006
22.44 WIB
Apa hendak dikata ketika waktu mulai tak bersahabat
Bukan sebuah nasehat kesabaran yang kuinginkan
Detik demi detik mencoba menghiburku
Namun bisik kalbu tak terpuaskan
Hatiku mulai getir mengeruh
Tak ada yang bisa menahanku
Meski ku tahu aku tak kan bisa menancapkan apapun
Namun bolehkan aku sedikit saja tusukkan duri pada apapun ?
Malang, 131006
21.06 WIB
Hujan mulai merajuk di lelahnya siang
Aku mencoba berhimpit-himpit diantara dedaunan
Semakin dingin hujan ini menderaku
Kurasa hanya aku yang merasa dingin
Aduh...
Sebelah sayapku mulai basah
Ada yang sengaja memercikkan air itu
Ahh...
Rupanya hujan tak mau menghiburku
Sekujur sayapku dibuatnya basah
Lunglai...
Dan aku pun kedinginan
Tepat ketika aku mulai belajar merentangkan sayapku
Malang, 2005
Bibir merah bergincu masih kulekatkan
Wangi arum dalu tubuhku semerbak yang kutawarkan
Bunga nafasku tebaran pesona lirik jahil
Aku selalu rindu eksotisme rembulan di wajahmu
Pun setiap sentuhanmu yang lekat buaian malaikat
Dinda, duduklah menghangat di belahan dadaku
Karna ragamu titipan surya senja yang enggan menguliti alam
Konon cinta selalu menempati singgasana pualam yang licin
Jangankan berjingkat
Merentangkan sayap saja nafas ikut terhenti
Singgasana cinta kan utuh di balik rengkuh hidup sang Rama
Masih teringat nestapaku melihat cumbu Rahwana di langsatmu
Enggan kubayangkan indah purnamamu dijilati birahinya
Aku mulai muak dengan arum dalumu yang berbau Rahwana
Hingga tubuh mungil yang amis luruh dari rahim sucimu
Aku ini jiwa Rama yang berdegup melihat Sinta terkapar
Hendak kapan ku bisa robek kemaluan Rahwana yang cumbui elokmu
Aku ini jiwa Rama yang ber-raga Sinta
Meski bukan keperkasaan wujudku
Gincu merahku kan selalu kecup dirimu kala letih
Walau dadaku tak sekokoh bakau
Belahan dadaku mampu mengalirkan kehangatan kasih tulus
Malang, 230906
07.29 WIB
Ma, aku mungkin belum membalas segenap cintamu
Sepanjang usiaku aku tak lebih menjadi benalu untukmu
Masih jelas kurasakan hangat tanganmu yang kucium
Dan tetap tak bisa kulupakan bau tubuhmu yang menenangkanku
Andai engkau tahu, Ma
Aku bersamanya bukan untuk menjauhimu
Justru inilah pengabdianku untukmu
Memang tak seperti yang kau harapkan
Namun, bersamanya aku tak kan menorehkan dosa untukmu lagi
Ma, percayalah cintamu tetap tak kan tergantikan
Dirimu tetaplah yang terbaik sepanjang hidupku
Beserta janji yang kau titipkan padaku,
Aku kan tetap mengabdi padamu meski ku bersamanya
Malang, 121006
21.16 WIB
Usia bumi tak lagi segesit jutaan tahun lalu
Coba lihatlah lapisannya yang mulai mengelupas
Tak bisa kubayangkan jika ia mesti mati
Mungkin bintang akan berguguran karena sedihnya
Bulan pun akan menelusup dalam pekat gelap
Dan kalau matahari pun sudah enggan menyapa kita
Mungkinkah kita masih yakin atas kekuatan kita sendiri ?
Malang, 121006
21.03 WIB
Entah ini sajak keberapa untukNya
Ada rayuku yang terselip di dalamnya
Meski ku tak pernah tahu
Benarkah Ia membaca sajakku ?
Mungkinkah titik-titik tinta ini menjadi hitunganNya
Bukankah dzikir merupakan sebuah ritual untukNya
Dan aku ingat,
Setiap aku menggoreskan bahasaku di ujung pena ini
Selalu ada namanya yang terkait di ingatanku
Aku mengingatNya dengan caraNya mengajakku menapaki hidup
Malang, 100906
21.28 WIB