Wednesday, March 11, 2009

Gincu Merah Rama

Bibir merah bergincu masih kulekatkan

Wangi arum dalu tubuhku semerbak yang kutawarkan

Bunga nafasku tebaran pesona lirik jahil

Aku selalu rindu eksotisme rembulan di wajahmu

Pun setiap sentuhanmu yang lekat buaian malaikat

Dinda, duduklah menghangat di belahan dadaku

Karna ragamu titipan surya senja yang enggan menguliti alam

Konon cinta selalu menempati singgasana pualam yang licin

Jangankan berjingkat

Merentangkan sayap saja nafas ikut terhenti

Singgasana cinta kan utuh di balik rengkuh hidup sang Rama


Masih teringat nestapaku melihat cumbu Rahwana di langsatmu

Enggan kubayangkan indah purnamamu dijilati birahinya

Aku mulai muak dengan arum dalumu yang berbau Rahwana

Hingga tubuh mungil yang amis luruh dari rahim sucimu

Aku ini jiwa Rama yang berdegup melihat Sinta terkapar

Hendak kapan ku bisa robek kemaluan Rahwana yang cumbui elokmu

Aku tak seculas Rahwana perebut Sinta

Aku ini jiwa Rama yang ber-raga Sinta

Meski bukan keperkasaan wujudku

Gincu merahku kan selalu kecup dirimu kala letih

Walau dadaku tak sekokoh bakau

Belahan dadaku mampu mengalirkan kehangatan kasih tulus


Malang, 230906

07.29 WIB

No comments: