Bibir merah bergincu masih kulekatkan
Wangi arum dalu tubuhku semerbak yang kutawarkan
Bunga nafasku tebaran pesona lirik jahil
Aku selalu rindu eksotisme rembulan di wajahmu
Pun setiap sentuhanmu yang lekat buaian malaikat
Dinda, duduklah menghangat di belahan dadaku
Karna ragamu titipan surya senja yang enggan menguliti alam
Konon cinta selalu menempati singgasana pualam yang licin
Jangankan berjingkat
Merentangkan sayap saja nafas ikut terhenti
Singgasana cinta kan utuh di balik rengkuh hidup sang Rama
Masih teringat nestapaku melihat cumbu Rahwana di langsatmu
Enggan kubayangkan indah purnamamu dijilati birahinya
Aku mulai muak dengan arum dalumu yang berbau Rahwana
Hingga tubuh mungil yang amis luruh dari rahim sucimu
Aku ini jiwa Rama yang berdegup melihat Sinta terkapar
Hendak kapan ku bisa robek kemaluan Rahwana yang cumbui elokmu
Aku tak seculas Rahwana perebut Sinta
Aku ini jiwa Rama yang ber-raga Sinta
Meski bukan keperkasaan wujudku
Gincu merahku kan selalu kecup dirimu kala letih
Walau dadaku tak sekokoh bakau
Belahan dadaku mampu mengalirkan kehangatan kasih tulus
Malang, 230906
07.29 WIB
No comments:
Post a Comment